Postingan

Titik Awal Kebahagiaan

Hari raya. Seperti biasa kunikmati hari kemenangan ini. Berkumpul saling memaafkan bersama seluruh keluarga besar. Canda tawa riang yang selalu kurindukan momentnya. Candaan cadaan riang tentang kesendirianku, kakakku dan sepupu lelakiku acapkali menjadi tawa renyah kami. Tak ingin menyia nyiakan momen, kami berjanji akan berfoto bersama di depan masjid peninggalan kakek. 7 juni 2019. Hari ini jadwal kami sekluarga sowan ke rumah kyai di blitar. Rutinitas tahunan sebagai ajang silaturahmi dan "ngalap barokah". Sebelum berangkat kukomandokan seluruh keluargaku berkumpul untuk foto bersama sebagai potret kenangan manis hangatnya keluarga kami. Arghhh ternyata lumayan sulit mengumpulkan para mbah mbah untuk sedikit narsis. Belum lagi tamu yg akan sowan ke rumah pakde terus berdatangan. Terakhir ku lihat ada tamu seorang laki laki berpeci tinggi yang ku kenali sebagai "guru sholawat" para ibu ibu jamaah masjid. Selayaknya tamu pada umunya kusalami laki laki itu. T

MEI 2019

Aku sudah mulai terbiasa dengan rasa pasrah dan kesendirian. Tak ada rasa iri sedikitpun atas kisah cinta orang lain. Tak ada keinginan atu konsep pernikahan idaman layaknya wanita pada umumnya. Aku menikmati hidupku. Kesendirianku, keikhlasanku, dan semua nikmat lain yang allah berikan. Hanya saja aku bukan manusia sempurna. Kadang hati dan fikiranku bisa saling menguatkan tapi bisa saja mereka runtuh bersamaan. Aku tak mau itu terjadi. Kutengok kalender, sebentar lagi hari raya. Waktu yg selalu kuhabiskan bersama keluarga besarku di jawa. Artinya aku harus benar benar mempersiapkan mentalku atas pertanyaan pertanyaan seputar "pernikahan". "Kapan nikah?" "Kenapa gak nikah nikah usianya udah gak muda lagi loh?" "Emang mau nyari yg gimana lagi lo?" Pertanyaan pertanyaan itu sebenarnya biasa ditanyakan teman atau tetanggaku. Dan aku bisa bersikap "bodo amat"atas pertanyaan itu. Tapi kalau pertanyaan itu ditanyakan oleh orang orang

I'm back

Aku kembali. Kembali bercerita. Setelah puluhan purnama tak berjumpa. Ini kisah baruku. Kumulai dari tahun 2016. Tahun kisah ku dimulai. Di tahun itu aku dipertemukan dengan lelaki. Ah rasanya tak ingin sekali kuceritakan kisah ini. Bukan hanya karna ini begitu menyakitkan, tapi rasanya tak pantas menceritakan aibnya. Yang pasti. Dia bukan pilihanku. Kisah kami berakhir di pertengahan tahun 2017. Jahatnya, luka saat bèrsamanya begitu rapat tersimpan dalam memoriku. Berbulan bulan bahkan bertahun-tahun luka itu belum juga sembuh. Putus asa, Pasrah, Takut. Putus asa. Aku putus asa untuk berjuang jatuh cinta lagi. Beberapa laki laki mendekat, fikiranku hanya dipenuhi kalimat "yg dulu juga orang baik, terñyata jahat banget". Dan kalian pasti tahu hasilnya. Aku belum juga bisa jatuh cinta lagi. Belum bisa jatuh cinta lagi, bukan berarti aku belum move on. Ini dua konteks yang berbeda. Pasrah. Keputus asaan mengantarkanku pada dimensi pasrah. Menyerahkan seluruh k

WANITA BERGINCU MERAH

Gambar
Hai wanita bergincu merah, apa kabarmu? Kulihat kau semakin bahagia, tubuhmu semakin berisi, rambutmu semakin terurai dan tentu bibirmu semakin merona. Sudahkah bahagia kau? Sudahkan bahagia dengan apa yang kau dapat hari ini? Sudahkah bangga dengan apa yang kau rebut hari ini? Dan sudahkan kau memikirkan kebahagiaan kau yang lainnya di hari esok? Hai wanita bergincu merah, Kau terlihat sempurna, kau cantik, dengan rambut lurus terurai, badan berisi, bibir merah merona, status dan fotomu semua kekinian. Tak ayal jika banyak pria mendekatimu. Dan tak ayal pula jika banyak pacar yang ingin memacarimu. Hai wanita bergincu merah, Bagaimana kabar pria itu? Masih bahagia kah kau dengannya? Aku pun dulu begitu, bahagia. Sampai ... yah kau mengambilnya. Apa? Kau tak mengambilnya? Iyyah anggap saja kau tak mengambilnya. Ia yang memilihmu. Lagi-lagi biar kutegaskan “karena kau terlihat sempurna”.

dalam lamunan

Secarik kertas ku tuliskan dalam lamunan. Membayangkan masa lampau yang sedikit konyol, sedikit haru dan banyak bodohnya. Di lampau, yang fikirannya hanya melulu soal cinta. Hanya melulu soal angan kebahagiaan tanpa bergerak dan bahkan lupa pada Penciptanya. Kini sadar bahwa cinta adalah jahat. Dan bodoh akan tetap melekat pada saya. Ia yang ratusan kali coba memahami cinta, bolak balik mampir pada hati kaum dhuafa cinta pun hingga kini belum sadar. Bahwa cinta yang ia suguhkan pada ratusan kaum dhuafa itu sudah membuat jurang berdarah pada kisahnya. Tak akan lagi ku coba memahami “cinta”. Otak saya terlalu tolol untuk sekedar mengerti makna dibaliknya. Apalagi memahami filosofinya.... Tak akan lagi kuharap bahagia dari kata yang bernama “cinta” . karena hadirnya yang tanpa kuminta itu sudah meracuni hidupku dan aku tak ingin keracunan untuk kedua kalinya. ............................................................................NK..........................
masih kutelusuri lorong panjang ini. menjamah langit yang kian lama kian tinggi. menyapu tanah yang kian berserak derai air mataku sendiri. tak apa aku sendiri, jika berdua hanya menyebabkan luka.  setiap hari lorong inilah yg mengimajinasi, hingga dapat kutuliskan puluhan kalimat tentangku, dan sesekali tentangmu.  lorong ini acap kali dipenuhi sesak para manusia. mungkin sama sepertiku, merekapun ingin menjamah langit.  hanya saja pesawat yang mereka tumpangi. sementara aku, menjamah langit dengan anganku. itulah mengapa, kian lama kian tinggi. 
Bagaimana jika aku mulai bosan dengan rutinitas mencintaimu. jika aku bosan menyapamu di bangun tidur ku. jika aku bosan mengingatkan sarapan, makan siang dan makan malam mu?. atau jika aku bosan menanyakan kabarmu, keberadaanmu dan juga perasaanmu?  jika aku bosan menajdikan fotomu sebagai wallpapper handphoneku. jika aku bosan menelponmu berjam jam. jika aku bosan meminta solusi dari setiap masalahku. jika aku bosan menertawaimu ketika kau melawak, jika aku bosan memukul kepalamu jika kau bersikap konyol. bagaimana?? adakah "maka" dari setiap "jika" yang kuciptakan?